Pada acara pembekalan calon perwira remaja TNI-Polri di Balai Sudirman Jakarta, Prabowo mengemukakan pemikirannya mengenai konsep-konsep bernegara yang dia pelajari dari berbagai ilmuwan dunia. Dia menekankan bahwa ada tiga aliran dalam bernegara, yang pertama berdasarkan ideologi. Menurutnya, fase pertama dalam kehidupan negara adalah masa di mana ideologi yang dipilih seperti demokrasi, otokrasi, diktator, atau oligarki, membentuk dasar negara pasca kemerdekaan.
“Tujuh puluh tahun pertama sebuah negara urusannya adalah ideologi, apakah kita demokrasi, otokrasi, diktator, atau oligarki. Pendiri-pendiri bangsa kita memilih bangsa kita sebagai demokrasi kerakyatan, kedaulatan rakyat,” ungkapnya.
Konsep kedua dalam bernegara menurutnya berdasarkan ekonomi, di mana pemimpin negara berasal dari kalangan pengusaha atau pakar ekonomi. Namun, Prabowo menyoroti bahwa sering kali terlupakan aliran bernegara yang ketiga, yaitu realisme.
“Kadang-kadang elite bangsa Indonesia lupa, UUD di mulut tapi kita kurang baca, kurang mengerti bahwa tujuan nasional kita yang di Pembukaan UUD sangat jelas dan gamblang. Yang pertama melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Yang pertama melindungi, baru mensejahterakan,” paparnya.
Menurutnya, pendekatan realisme dalam bernegara mempertimbangkan fakta bahwa tujuan utama suatu negara adalah untuk bertahan hidup di tengah dinamika politik, ekonomi, dan pertahanan global.
“Saya sendiri baru ngeh bahwa bernegara ada aliran realisme, kenyataan. Kalau negara berdasarkan realisme, negara itu tujuannya harus survival, karena pasti ada konflik politik, ekonomi, pertahanan, dan sebagainya,” tambahnya.
Prabowo juga mengamati bahwa banyak negara saat ini dihantui oleh konflik internal, seperti yang terjadi di Ukraina, Sudan, Somalia, Yaman, dan Gaza. Dia menekankan bahwa strategi bernegara harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini, dengan fokus utama pada perlindungan seluruh masyarakat Indonesia.
“Jadi ekonomi, kemakmuran itu (persoalan) kedua. Yang pertama melindungi, baru mencerdaskan, baru pendidikan, melaksanakan ketertiban dunia,” tegasnya.
Terkait dengan infrastruktur, Prabowo menyoroti pentingnya pembangunan kereta api cepat dan infrastruktur transportasi lainnya sebagai bagian dari upaya meningkatkan konektivitas dan pembangunan nasional. Dia menegaskan bahwa pembangunan fisik seperti pembangunan gedung-gedung, pelabuhan, bandara, dan jalan raya hanya dapat memberikan manfaat maksimal jika didukung oleh keamanan yang kokoh dan perlindungan yang kuat bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Untuk apa kita bangun gedung-gedung, pelabuhan, bandara, kereta api cepat, jalan raya, waduk, kalau negara ini tidak utuh, tidak aman, tidak terlindungi,” tegas Prabowo.