Harga batu bara mencapai kinerja terbaiknya pada September 2021 dan mencapai level yang sangat tinggi, yakni 27,65% secara point-to-point. Per 30 September, harga batu bara Newcastle melonjak menjadi US$217/ton, menjadi komoditas terbaik pada September tahun ini.
Hal ini juga yang menyebabkan harga saham emiten baru melambung tinggi, salah satunya PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Di akhir perdagangan Jumat (1/10/2021), harga saham produsen batu bara terbesar itu naik 3,03% menjadi Rp 68 per saham. Hari ini, harga pembukaan saham BUMI adalah 66 dong/saham, dan naik ke harga tertinggi 69 dong dan harga terendah 65 dong/saham.
Menurut data RTI, nilai transaksi BUMI hari ini mencapai 42,94 miliar rupiah. Kenaikan harga hari ini memungkinkan investor domestik untuk menjual lebih banyak saham BUMI. Aksi jual senilai Rp42,2 miliar (49,17%) dan aksi beli investor domestik senilai Rp37,5 miliar (43,65%). Sementara investor asing tercatat lebih banyak melakukan aksi beli senilai Rp 5,5 miliar (6,35%), sementara aksi jual senilai Rp 709 juta (0,83%).
Kenaikan harga komoditas menjadi topik terpanas sepanjang kuartal III tahun 2021. Beberapa komoditas tambang seperti batu bara, nikel, aluminium, dan timah bahkan sempat mencapai rekor tertinggi.
Masalah utama kenaikan harga komoditas adalah lonjakan permintaan pasca pembukaan ekonomi dunia pasca Covid-19 melanda. Namun, jumlah permintaan yang besar tidak diimbangi oleh sisi produksi, sehingga pasokan menjadi langka, seperti batu bara, sehingga harga melonjak.
Sementara itu, indeks saham energi (BEI) memimpin kenaikan sebesar 38,35% menjadi 996,28. Kenaikan indeks industri yang dianggap sebagai ekonomi lama ditopang oleh kenaikan stok batu bara dan sedikitnya saham emiten migas (migas), sejalan dengan melonjaknya harga komoditas batu bara dan minyak bumi.