Site icon InformasiTeraktual

Jual Beli Serangan Kubu Moeldoko vs Demokrat

Jakarta

Layaknya pertandingan sepak bola, Partai Demokrat (PD) dan kubu Moeldoko hampir setiap hari jual beli serangan. Kedua pihak itu kompak melepaskan ‘serangan balik’.

Jual beli serangan pada Senin (5/4) dimulai dari Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng. Andi memberikan opsi kepada Moeldoko usai kepengurusannya ditolak Kemenkumham.

Andi mengatakan opsi pertama yang disarankan untuk Moeldoko yakni mengundurkan diri sebagai pimpinan KLB Deli Serdang. Andi berpendapat opsi mengundurkan diri itu bisa diambil lantaran menurutnya Moeldoko seperti ditipu oleh kubu KLB Demokrat selama ini.

“Opsi kedua tentu saja adalah Pak Moeldoko cs itu bisa membuat partai baru dengan modal pendukung-pendukung yang ada di Deli Serdang itu, dan katanya sudah bikin struktur partai dan sebagainya, itu modal untuk membuat partai baru. Kalau jalan atau opsi membuat partai baru apapun namanya itu yang dilakukan maka pasti tidak akan kegaduhan, tidak ada ribut-ribut, masing-masing mengurus partai masing-masing,” ujarnya.

Politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng.Foto: Politikus Partai Demokrat Andi Mallarangeng. (Tsarina-detikcom)

Andi lalu mengungkap opsi ketiga yakni menuntut keputusan Yasonna Laoly lewat Pengadilan Tata Usaha Negara atau PTUN. Meski begitu, politikus Partai Demokrat ini beranggapan hal ini akan menjadi lucu nantinya ketika Moeldoko menuntut koleganya sendiri dalam kabinet.

Andi Mallarangeng pun menyarankan Moeldoko mengambil opsi pertama atau opsi kedua. Dengan begitu, kata dia, semua persoalan Partai Demokrat dengan kubu Moeldoko bisa selesai secara aman dan damai.

Dibalas Kubu Moeldoko

Mendengar pernyataan Andi, membuat kubu Moeldoko geram. juru bicara kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad, justru menyarankan balik agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat partai baru.

“Terkait opsi kedua Andi yang menawarkan membuat partai baru, maka kami bersama tokoh-tokoh pendiri Partai Demokrat yang dulu mereka berdarah-darah mendirikan partai tahun 2001, mempersilakan SBY untuk mendirikan partai baru,” sebut Rahmad.

Foto: Muhammad Rahmad (Sachril Agustin Berutu/detikcom).

“Jangan mengambil alih kepemilikan Partai Demokrat dari para pendiri, dengan mengelabui para pengurus DPD dan DPC atas nama demokrasi. Terserah kepada SBY mau dikasih nama apa. Ada yang mengusulkan diberi nama PKC (Partai Keluarga Cikeas),” imbuhnya.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya

Simak Video: AHY Bicara Nasib Kader yang Terpapar Moeldoko dan KLB

[Gambas:Video 20detik]

Exit mobile version