Pilarberita.com – Sejumlah pengamatan hilal dilakukan di berbagai wilayah Indonesia pada hari Selasa (27/5/2025) untuk menentukan jatuhnya 1 Dzulhijjah 1446 H. Pengamatan ini merupakan bagian dari tradisi rukyat yang menjadi pedoman penetapan awal bulan dalam kalender Islam, khususnya menjelang pelaksanaan ibadah haji dan Idul Adha.
Di Bandung, mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal di Observatorium Al Biruni. Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari praktik Rashdul Kiblat, yaitu pelatihan bagi mahasiswa dalam ilmu falak yang berkaitan dengan arah kiblat dan penentuan waktu ibadah. Namun, dari pengamatan tersebut, hilal tidak terlihat pada waktu yang telah ditentukan.
Sementara itu, di Jakarta, tim dari Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta melakukan pengamatan dengan menggunakan alat theodolite di Masjid Hasyim Asyari. Alat ini membantu memperkirakan posisi hilal dengan presisi tinggi. Meski demikian, hasil pengamatan di ibukota juga tidak menemukan hilal pada hari yang sama.
Di wilayah Aceh Barat, Kepala Kantor Kementerian Agama setempat, Abrar Zym, memantau posisi hilal menggunakan teropong di Gedung Rukyatul Hilal Desa Suak Geudebang, Samatiga. Observasi dilakukan saat matahari terbenam, namun hasilnya serupa, hilal tidak tampak secara kasat mata.
Pengamatan serupa juga berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan, di mana petugas memonitor kemunculan hilal guna menentukan awal bulan Dzulhijjah dan hari raya Idul Adha 1446 H. Meskipun dilakukan dengan peralatan canggih dan metode yang sudah baku, hilal tidak berhasil diamati.
Di Jawa Timur, tim gabungan Falakiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Gresik mengamati posisi hilal di Balai Rukyat Bukit Condrodipo menggunakan theodolite. Seperti daerah lain, pengamatan ini juga menghasilkan kesimpulan bahwa hilal belum terlihat.
Pengamatan hilal yang serentak ini menunjukkan keseragaman hasil, yakni hilal tidak dapat ditemukan pada 27 Mei 2025. Oleh karena itu, berdasarkan metode rukyat dan perhitungan hisab yang dikombinasikan, jatuhnya 1 Dzulhijjah diperkirakan akan jatuh pada hari berikutnya. Penetapan ini penting bagi umat Islam karena menandai awal pelaksanaan ibadah haji dan penentuan tanggal perayaan Idul Adha.
Kegiatan pengamatan hilal yang melibatkan berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga lembaga keagamaan, menunjukkan upaya serius dalam menjaga ketepatan penanggalan Islam di Indonesia. Hal ini juga mencerminkan pentingnya sinergi antara pendidikan, keagamaan, dan teknologi dalam praktik keagamaan di era modern.
Meski hilal tidak terlihat, tradisi rukyat tetap dijalankan secara rutin sebagai bentuk pengabdian dan keterlibatan langsung masyarakat dalam menentukan awal bulan Islam. Pendekatan ini juga menjadi bukti bahwa penetapan kalender Islam di Indonesia mengutamakan data observasi nyata sebagai dasar keputusan, bukan semata-mata perhitungan matematis.
Dengan hasil pengamatan yang konsisten dari berbagai daerah, masyarakat diharapkan dapat mempersiapkan diri menyambut momentum penting dalam kalender hijriah secara serentak dan tepat waktu.

