Site icon InformasiTeraktual

Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Warga Diimbau Kurangi Aktivitas Luar Ruangan!

Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia. Sumber Kompas.

Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia. Sumber Kompas.

Pilarberita.com – Kualitas udara di wilayah DKI Jakarta kembali memburuk dengan kategori tidak sehat. Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) di Jakarta mencapai angka 223, menjadikan Jakarta sebagai daftar yang terburuk di dunia pada hari ini.

Sebagai perbandingan, kota Kinshasa di Kongo berada di posisi kedua dengan AQI 183, diikuti oleh Kampala, Uganda dengan AQI 165. Angka AQI di Jakarta yang tinggi ini menunjukkan tingkat partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 sebesar 153,4 mikrogram per meter kubik (µg/m³). Nilai ini jauh melebihi panduan kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 30,7 kali lebih tinggi.

Beberapa wilayah di Jakarta mencatatkan data angka yang sangat buruk, seperti Kemang V dengan angka 276, Puri Indah 262, Jeruk Purut 254, Kemang Dalam IX 252, dan Kebon Jeruk 251. Selain itu, Tangerang Selatan juga mencatatkan angka yang buruk dengan AQI 235, menjadikannya kota dengan kualitas udara paling buruk di Indonesia. Beberapa kota lain yang juga mengalami kualitas udara tidak sehat antara lain Denpasar, Bali, dan Bandung, Jawa Barat.

Masyarakat diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan guna menghindari dampak buruk dari kualitas udara yang buruk ini. “Kami menyarankan masyarakat untuk mengenakan masker saat berada di luar ruangan, menutup jendela untuk mencegah masuknya udara kotor, serta menggunakan penyaring udara di dalam ruangan,” ujar Dr. Anita Widjaja, seorang ahli kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia.

Menurut Dr. Anita, paparan jangka panjang terhadap polusi udara dengan PM 2,5 yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius seperti penyakit pernapasan, kardiovaskular, dan bahkan kanker. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengikuti saran kesehatan dan mengambil langkah-langkah pencegahan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah kualitas udara ini. Salah satunya adalah dengan mengadakan program “Jalan Kaki 7.500 Langkah per Hari” bagi ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jakarta. Program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berkontribusi terhadap polusi udara.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam keterangannya menyatakan, “Kami berkomitmen untuk terus mencari solusi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Selain itu, kami juga mendorong penggunaan transportasi umum dan energi terbarukan untuk mengurangi emisi polutan.”

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah meningkatkan frekuensi penyiraman jalan dan penanaman pohon di berbagai wilayah sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara.

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyatakan bahwa polusi udara di Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk emisi kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan industri. “Kami sedang melakukan evaluasi terhadap sumber-sumber polusi ini dan akan mengambil langkah-langkah yang lebih tegas untuk menguranginya,” ujarnya.

Selain itu, Siti juga menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan. “Setiap individu memiliki peran penting dalam mengurangi polusi udara. Mulai dari hal kecil seperti tidak membakar sampah sembarangan, menggunakan transportasi umum, dan menanam pohon di sekitar tempat tinggal,” tambahnya.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan kualitas udara di Jakarta dapat segera membaik. Pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait perlu bekerja sama untuk mencapai lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Dr. Anita menambahkan, “Edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kualitas udara perlu ditingkatkan. Langkah-langkah preventif harus menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari masyarakat Jakarta.”

Untuk sementara, masyarakat diimbau tetap waspada dan mengikuti perkembangan melalui aplikasi atau situs web pemantau kualitas udara. Dengan demikian, mereka dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat demi kesehatan dan keselamatan diri serta keluarga.

Kondisi ini menjadi pengingat pentingnya menjaga lingkungan dan mencari solusi jangka panjang untuk masalah polusi udara. Semoga dengan kerjasama semua pihak, kualitas udara di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia dapat semakin membaik.

Baca juga: Pos Indonesia Akan PHK Sejumlah Karyawan untuk Implementasi Digitalisasi

Sumber: iNews.

Exit mobile version