Detik.com – Para penambak ikan di lereng Gunung Wilis, Telaga Ngebel mengeluhkan ratusan ikannya mati sehingga gagal panen akibat air telaga bercampur belerang. Kejadian ini ternyata selalu terjadi hampir tiap tahun. Masyarakat menyebutnya dengan istilah ‘lirangan’.
“Sebelumnya terakhir pernah kejadian ledakan gas belerang tahun 2019 lalu, tahun 2017 juga pernah,” ujar Ketua Paguyuban Budidaya Kelompok Ikan, Pujo Widodo kepada wartawan, Rabu (10/2/2021).
Pujo menjelaskan kemungkinan terjadinya ledakan gas belerang sehingga bercampur dengan air ini karena Merapi dan Semeru yang mulai aktif. Sebab, menurut penelitian, di dalam telaga Ngebel juga terdapat dua sumber lahar.
Bahkan saat Gunung Kelud meletus tahun 2014 lalu, lanjut Pujo, ledakan gas belerang terjadi selama satu bulan di Telaga Ngebel.
“Kalau kata peneliti dulu ini kaldera, di tengah telaga ada sumber lahar, ada 2 titik sumber,” imbuh Pujo.
Biasanya, lanjut Pujo, ledakan gas belerang terjadi pada Bulan Juli dan Agustus. Namun tahun 2021 ini terjadi pada Bulan Februari.
“Biasanya ditandai warna airnya berubah kemerahan. Seminggu ini penambak menunggu keramba melihat kondisi,” papar Pujo.
Pujo menjelaskan total ada 50 penambak ikan yang terkena dampak ledakan gas belerang yang membuat ikan mati. Kerugian Pujo saat ini diperkirakan mencapai Rp 50 juta. Sebab, saat ini waktunya panen ikan.
“Dulu beli benih Rp 33 ribu per kilogram, panenan ikan dijual Rp 25 ribu per kilogram. Tapi sekarang banyak yang mati karena lirangan,” tukas Pujo.