Pilarberita.com – Krisis keuangan perusahaan masih terus menghantui berbagai sektor industri, termasuk produsen ban terkemuka asal Jepang, Bridgestone Corporation. Perusahaan ini mengumumkan rencananya untuk menutup salah satu pabriknya di Lanklaar, Belgia, pada semester pertama tahun 2025 mendatang. Langkah ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang dilakukan untuk menghadapi tantangan profitabilitas di kawasan Eropa.
Berdasarkan laporan media Jepang Nippon, Bridgestone telah memberitahukan rencana ini kepada 111 karyawan yang bekerja di pabrik tersebut, yang dikelola oleh anak perusahaannya, Bandag Europe NV. Perusahaan juga berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada para karyawan setelah keputusan resmi penutupan dibuat.
“Bridgestone berencana memberikan dukungan yang diperlukan bagi karyawan yang terdampak setelah keputusan resmi diambil,” demikian laporan yang dikutip pada Senin (27/1/2025).
Penutupan pabrik ini disebut sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi Bridgestone di Eropa. Media Belgia VRT NWS melaporkan bahwa keputusan tersebut dipicu oleh tingginya biaya produksi, rendahnya permintaan, serta meningkatnya persaingan dengan produk impor yang lebih murah dari Asia Timur.
Manajemen perusahaan menyebutkan bahwa permintaan suku cadang ban untuk bus dan truk di Eropa telah menurun lebih dari sepertiga. Kondisi ini semakin diperparah oleh tingginya harga energi dan inflasi yang melanda kawasan tersebut.
“Penurunan permintaan menyebabkan kelebihan kapasitas produksi yang signifikan, sementara biaya produksi terus meningkat dan menjadi tidak kompetitif,” ungkap pernyataan dari Bandag.
Bridgestone menyatakan bahwa pihaknya akan memulai prosedur informasi dan konsultasi dengan karyawan terkait rencana penutupan tersebut. Jika berjalan sesuai rencana, pabrik di Lanklaar akan resmi ditutup pada paruh pertama tahun 2025.
Langkah ini sejalan dengan strategi global Bridgestone untuk menyesuaikan operasionalnya dengan kondisi pasar yang dinamis. Perusahaan berharap upaya ini dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing di tengah tantangan yang terus berkembang.
Kondisi yang dihadapi Bridgestone mencerminkan tekanan berat yang saat ini dirasakan oleh industri ban secara umum. Menurunnya daya beli konsumen, meningkatnya persaingan global, dan fluktuasi harga energi menjadi tantangan besar bagi pelaku industri.
Beberapa perusahaan lain di sektor ini juga melaporkan penurunan penjualan yang signifikan. Situasi ini memaksa produsen untuk mencari cara agar dapat bertahan, termasuk dengan melakukan restrukturisasi dan efisiensi biaya.
Dalam situasi ini, perhatian terhadap karyawan yang terdampak menjadi salah satu fokus utama. Bridgestone menegaskan komitmennya untuk memastikan transisi yang lancar bagi para pekerja, termasuk memberikan dukungan berupa pelatihan ulang dan peluang pekerjaan baru.
Meskipun langkah penutupan pabrik ini dianggap sulit, perusahaan meyakini bahwa keputusan tersebut diperlukan demi keberlangsungan bisnis di masa depan.
Keputusan ini juga menjadi pengingat bahwa tantangan global, seperti kenaikan biaya energi dan inflasi, memiliki dampak besar terhadap keberlanjutan bisnis di berbagai sektor, termasuk industri manufaktur.