Site icon InformasiTeraktual

Promotor dan Penggiat Industri Kreatif Tulis Surat Terbuka pada Presiden RI

Jakarta

Maret tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Di waktu terdahulu, Maret identik dengan bulan ketika industri kreatif dan hiburan mulai menggeliat dan ada sederet konser hingga festival yang dijadwalkan bakal diadakan. Maret tahun ini, para pelaku industri musik dan kreatif mengenangnya sebagai satu tahun penuh ranah tersebut padam.

Sejak diumumkannya virus Corona masuk di Indonesia pada Maret 2020, ada sederet konser, pertunjukan dan festival musik yang telah direncanakan jauh-jauh hari yang batal diadakan. Industri hiburan pun redup sementara.

Kini, tercatat satu tahun setelah diumumkannya kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Namun, Indonesia belum juga mampu mengendalikan laju penyebaran virus Corona. Para pelaku industri kreatif dan hiburan pun terancam tidak dapat bekerja untuk jangka waktu yang lebih lama.

Sejumlah promotor dan pelaku industri kreatif pun menyurati Presiden RI Joko Widodo secara terbuka. Mereka meminta kejelasan nasib mereka dan meminta izin untuk bekerja kembali dengan memberlakukan penyesuaian berupa protokol kesehatan.

Sejumlah organisasi yang tertera dalam surat terbuka itu antara lain Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Asosiasi Visual Jockey Indonesia (AVJI), Indonesian Artist Manajement Association (IMARINDO), Asosiasi Perushaan Pameran Indonesia (ASPERAPI), Forum Jazz Indonesia, Indonesia Event Industry Council (IVENDO), Forum Backstage Indonesia, Penata Cahaya Indonesia (PECAHIN), Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Stage Management Community (STAMINA), PKPE, Solidaritas Penata Musik Indonesia (SPMI) dan Jogja Festivals.

Tidak hanya pada Presiden Joko Widodo, surat itu juga ditembuskan pada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Ketua Komisi X DPR RI, Menteri Kesehatan RI, Ketua Satgas Covid-19 Nasional.

Menurut Dino Hamid selaku Ketua Umum APMI, dia dan sejumlah pelaku industri kreatif lainnya pada dasarnya mempertanyakan mengapa pertunjukan dan acara yang digelar secara adaptif, kecuali virtual, masih belum diizinkan. Padahal, dia melihat sejumlah sektor lainnya yang berpotensi mengumpulkan massa, contohnya pusat perbelanjaan dan restoran sudah diperbolehkan buka.

“Karena sampai sekarang event belum bisa berjalan sejak pandemi karena belum diizinkan. Kami mempertanyakan kenapa kami tidak diberikan kesempatan atau kepercayaan secara adaptif. Kenapa mall dan restoran diberikan kepercayaan untuk membuat secara adaptif, sedangkan kamu belum,” ujar Dino Hamid pada detikcom dalam sambungan telepon, Rabu (3/3/2021).

Ilustrasi Penonton Konser Musik di Konser The Chainsmokers di Jakarta.Ilustrasi konser. Foto: Hanif Hawari

Menurut Dino Hamid, sejumlah pelaku industri kreatif juga mengaku tidak ingin terburu-buru dalam mengadakan acara yang berpotensi melanggar protokol kesehatan. Mereka juga mengaku siap untuk menjalankan penyesuaian sesuai dengan protokol kesehatan bila permohonan mereka untuk kembali mengadakan acara dikabulkan.

“Kami juga nggak mau tergesa-gesa. Kami harus mengikuti proses vaksin yang sedang berjalan dulu, setelah itu kami masukkan perilaku yang adaptif itu. Dari audience yang datang sampai pekerja diberlakukan protokol sampai yang paling ketat pun kami memikirkan hulu hilirnya,” jelas Dino.

“Kami minta diberi kepercayaan, dengan syarat kami tes dulu, kami akan jalankan,” sambung dia.

Sebagai contoh, Dino Hamid mengatakan pihaknya, yakni Berlian Entertainment, sempat mengadakan konser drive-in dengan tajuk New Live Experience pada Agustus 2020 lalu. Dia memantau, dua minggu setelah konser itu berlangsung, rupanya acara tersebut tidak menjadi klaster baru.

Hanya saja pengadaan konser drive-in itu selanjutnya tidak mendapatkan izin. Sehingga dia pun kesulitan untuk melanjutkan konsep tersebut.

“Padahal menurut saya itu (konser drive-in) cukup potensial, secara bisnis, maupun secara respons. Tapi next drive in pun tidak dikasih izin lagi,” tuturnya.

Sehingga menurut Dino, yang dia dan rekan-rekannya coba garis bawahi adalah perihal permohonan izin penyelenggaraan acara secara adaptif.

“Kami juga ingin mendukung program vaksinasi. Kami akan periksa pembeli tidak sudah divaksin atau belum, tinggal di zona apa, mereka pun datang harus tes dulu,” jelasnya lagi.

Persoalan mengadakan acara memang terbilang menjadi polemik. Bak dua sisi mata uang, di satu sisi pandemi memang belum usai di Indonesia. Di sisi lain, pelaku industri kreatif memang telah terlalu lama menunggu.

Adapun isi surat tersebut antara lain:

Yang mulia Bapak Presiden yang kami hormati,

Bulan ini, setahun lalu, Bapak Presiden Jokowi mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia. Sejak itu, kehidupan kita tak pernah lagi sama. Kita terpaksa beradaptasi dengan mode pasif: bertahan dari virus dan kematian, dari keputusasaan dan pesimisme, hingga kekecewaan dan hasrat saling menyalahkan.

Setelah setahun berlalu, ternyata banyak yang mampu bertahan. Kita semua, yang berhasil bertahan sejauh ini, bisa menyaksikan dimulainya vaksinasi; dan dari sanalah kita bisa melihat terang. Penting untuk merespons momentum itu dengan langkah terukur. Caranya dengan menggerakkan sektornya sebagai bagian penyelesaian pandemi dan dampak-dampaknya.

Sejak Maret tahun lalu, hingga kini, kami menghentikan keramaian demi melindungi kesehatan masyarakat. Kini tibalah saatnya kami terlibat lebih aktif menyelesaikan pandemi lewat pengalaman, kapasitas dan jejaring yang kami miliki.

Ya, kami ingin memulai lagi, tapi kami sangat ingin memulainya dengan hati-hati. Tergesa-gesa akan membuat terang yang mulai tampak bisa padam kembali karena kecerobohan. Pengalaman melewati pahitnya bulan-bulan paling kritis pandemi menjadi bekal untuk menyikapi momentum dengan kepala dingin.

Hiburan memang penting, tapi kami sadar tak ada yang lebih penting selain keselamatan. Kami memang ingin sektor kami bisa berjalan kembali, namun kami tahu bahwa kami tidak boleh egois sehingga wajib mengintegrasikan kerja-kerja kami dengan agenda penyelesaian pandemi.

Kami memiliki jejaring persona yang punya kapasitas mempengaruhi pengikutnya untuk menyukseskan kampanye vaksinasi nasional. Reputasi dan pengalaman kami di bidang event (baik corporate, private hingga social event) dapat dimanfaatkan untuk merancang dan mengelola aktivasi kampanye vaksinasi.
Seiring makin berlimpahnya pasokan vaksin, padu-padan antara event kecil, sedang dan besar dengan agenda vaksinasi masyarakat menjadi mungkin direalisasikan bersama.

Beri kami kepercayaan memutar lagi roda industri kreatif secara bertahap. Kami siap menjalankan CHSE, penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan) yang telah disiapkan Kemenparekraf — dan kami bersedia diaudit setiap saat.

Reputasi kami selama ini salah satunya terbentuk oleh kenyamanan dan keselamatan penonton (publik) saat menikmati apa pun bentuk dan skala kegiatan kami. Dengan rendah hati kami menawarkan diri memanfaatkan pengalaman tersebut untuk mendukung agenda pemerintah menuntaskan pandemi dan dampak-dampaknya, baik dampak pada kesehatan masyarakat hingga pada seni dan budaya.”

Simak Video “Kangen Manggung, Bagindas Kurang Puas dengan Konser Virtual
[Gambas:Video 20detik]
(srs/tia)

Exit mobile version