Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono menyebut, KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan utara Bali sempat berlayar seminggu sebelum insiden itu terjadi pada Rabu (21/4).
KRI Nanggala juga sempat uji coba atau latihan penembakan torpedo untuk memastikan kesiapan kapal.
“Semua sudah disiapkan satu minggu sebelum latihan, kapal sudah berlayar, sudah melaksanakan latihan penembakan torpedo untuk meyakinkan (kesiapan),” kata Ahmadi dalam keterangan, Rabu (28/4).
Kapal kemudian kembali ke pangkalan untuk mempersiapkan diri melaksanakan latihan penembakan torpedo kapal perang yang digelar di Bali.
Dari segi teknis, menurut Ahmadi, Komandan Satuan KRI Nanggala yang juga gugur dalam insiden itu telah menyampaikan kesiapan tersebut.
“Kapal itu siap untuk berlayar bahkan seminggu sebelumnya sudah melakukan pelatihan,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL), Laksamana Muda TNI Muhammad Ali juga memastikan KRI Nanggala tidak kelebihan muatan saat insiden terjadi.
Kapal tersebut, kata dia, juga diawaki oleh prajurit yang memang terlatih dan cukup berpengalaman. Ia membantah tudingan serangan dari kapal asing hingga menyebabkan kapal tersebut tenggelam.
“Sama sekali tidak berdasar karena tidak ada suara ledakan, tidak ada kontak sonar lain selain kapal selam itu sendiri, jadi itu yang harus dipahami,” jelas dia.
Sebelumnya, Ali menyebut KRI Nanggala-402 masih laik beroperasi hingga September 2022. Bahkan kapal ini juga telah prima 100 persen setelah melakukan overhaul di Korea Selatan delapan tahun lalu.
“Dari sisi kelaikan, kapal ini dinyatakan laik sampai September 2022. Masih laik,” kata Ali.
(tst/pris)