PilarBerita.com – Indonesia, sebuah negara yang berada di ring of fire atau cincin api, harus senantiasa waspada akan bahaya yang mungkin datang kapan saja, salah satunya adalah gempa megathrust. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan keseriusannya dalam menghadapi potensi gempa megathrust yang bisa berdampak besar bagi Indonesia. Penegasan ini datang menyusul peringatan yang diberikan setelah gempa 7,1 Magnitudo mengguncang Kota Nankai, Jepang, yang juga memicu peringatan dini tsunami oleh otoritas setempat.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memberikan wawasannya mengenai potensi gempa ini yang patut diwaspadai. “Seismic Gap megathrust Selat Sunda (Magnitudo 8,7) dan megathrust Mentawai-Siberut (Magnitudo 8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata tinggal menunggu waktu, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” ungkap Daryono pada Senin 12 Agustus 2024.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Widjo Kongko, Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang memprediksi bahwa gempa akibat Megathrust Selat Sunda berpotensi mencapai Magnitudo 9 atau lebih apabila terjadi bersamaan dengan segmentasi Megathrust lainnya. “Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004,” lanjut Widjo, yang dirilis Kompas.com pada Selasa (18/1/2022).
Kendati gempa megathrust Nankai di Jepang tidak berpengaruh langsung terhadap sistem lempeng tektonik di wilayah Indonesia, Daryono menyebut bahwa aspek mitigasi bencana tetap menjadi prioritas BMKG. BMKG telah lama mengoperasikan sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang mampu menyebarkan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat di seluruh Indonesia.
Baca juga: Siap-Siap! Pendaftaran CPNS 2024 Dibuka Agustus dengan Kesempatan 600 Ribu Formasi Menanti
Megathrust terjadi di zona subduksi dimana medan tegangan akumulatif antara lempeng samudera yang menunjam ke bawah lempeng benua dapat mencapai titik pelepasan yang mampu menyebabkan gempa bumi skala besar. Zona subduksi di Indonesia yang menjadi perhatian meliputi jalur subduksi sangat panjang dan dangkal, tempat di mana gempa ini berpotensi terjadi.
Indonesia telah menghadapi berbagai gempa yang diakibatkan oleh aktivitas megathrust, termasuk di Kepulauan Mentawai. Menurut pernyataan Daryono, yang dikutip dari Kompas.com, “Karena memang hanya di segmen (zona megathrust segmen Mentawai-Siberut) ini yang energi (gempa bumi) terkonsentrasi dan belum release (muncul) di bagian Sumatera.”
Potensi risiko gempa bumi dan tsunami di Indonesia sangat tinggi, sehingga kewaspadaan dan sistem mitigasi bencana alam harus selalu ditingkatkan. Masyarakat dan pemerintah perlu bekerja sama dalam menghadapi bencana alam potensial ini dengan penuh kesiapsiagaan.